Kompleks Goa Selomangleng yang menempati areal kehutanan di
lingkungan BKPH Kalidawir, atau tepatnya di Dusun Sanggrahan Kidul, Desa
Sanggrahan, Kecamatan Boyolangu, merupakan lereng Jurang Sanggrahan
yang cukup terjal. Berbatasan dengan kebun milik penduduk, kompleks ini
dapat dibedakan atas dua bagian, yakni bagian yang sekarang agak datar
yang berada di bagian bawah, serta bagian yang terjal di bagian atas. Di
bagian pertama itulah terdapat dua buah goa, sedangkan sebuah candi
terdapat di bagian kedua. 
Ketiga kekunoan tersebut merupakan hasil pengerjaan pada bongkahan
batu besar, memenuhi hampir seluruh sisa bagian atas batu. Goa pertama
berada di bagian tanah yang relatif datar, merupakan hasil pengerukan
terhadap sebuah bongkah batu besar (monolit) dengan bentuk mulut persegi
empat sebanyak dua buah. Gua pertama dihiasi dengan relief, sedangkan
goa kedua tidak memilki relief. Lahan yang ditempati bongkahan batu
bergoa tersebut meliputi areal seluas 29,5 m x 26 m. Ukuran bagian dalam
goa pertama adalah: panjang 360 cm, lebar 175 cm, dan dalam ceruk 380
cm. Mulut goa mengahadap ke arah arah barat. Relief dipahatkan pada
panel di dinding sisi timur dan utara. Hiasan itu menggambarkan bagian
dari cerita Arjunawiwaha, yakni ketika Indra memerintahkan bidadarinya
untuk menggoda Arjuna di Gunung Indrakila.
Digambarkan pula adegan ketika bidadari menuruni awan dari kahyangan
ke bumi. Gua kedua terletak di bagian selatan dari goa pertama, pada
bongkah yang sama, tetapi pada posisi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan goa pertama. Goa yang di bagian selatan ini menghadap ke selatan
dan tidak memiliki hiasan apapun di dalamnya. Ukurannya panjang 360 cm
dan lebar 200 cm
Beberapa meter di sebelah timur goa tersebut, pada tempat yang lebih
tinggi terdapat bongkahan batu yang dipahatkan kaki dan batur candi
berdenah persegi empat dengan ukuran panjang 490 cm dan lebar 475 cm.
Dinding batur candi tersebut dihiasi palang Yunani berbingkai
bujursangkar.
Latar Belakang Sejarah
Secara khusus tidak dijumpai keterangan yang dapat diacu untuk
mengenal lebih dalam lagi latar belakang sejarah situs tersebut.
Menghubungkan kesamaan relief yang terdapat di goa Selomangleng dengan
yang dijumpai di Petirtaan Jalatunda, A. J. Bernet Kempers menduga bahwa
situs tersebut dibuat dan digunakan pada akhir abad X. Sebaliknya,
berdasarkan cara pemahatan dan penataan rambut tokoh-tokohnya, Satyawati
Suleiman, berpendapat bahwa goa tersebut berasal dari masa awal
Majapahit.
Di Tulungagung, relief yang dipahatkan mengambil cerita bagian dari
Arjunawiwaha, khususnya pada episode penggodaan bidadari terhadap Arjuna
yang sedang menjalankan tapa. Ini mencerminkan kedekatan mereka akan
wiracarita gubahan para pujangga sejak zaman Kerajaan Kadiri. Sekaligus
untuk mengingatkan mereka akan laku yang sedang ditekuninya, serta
harapan bahwa kekuatan yang terkandung dalam kisah cerita tersebut dapat
terwujud.
|