Kabupaten Tulungagung selain dikenal sebagai Kota Marmer dan sentra industri konveksi ternyata juga mempunyai sentra kerajinan cobek yang terbuat dari batu gunung asli.
Pembuatan cobek yang dilakukan secara turun temurun ini dilakukan oleh pengrajin yang berada di Dukuh Mojo Desa Wajak Kidul Kecamatan Boyolangu.
Tidak sulit bagi masyarakat luar Tulungagung untuk menemukan Dukuh Mojo Desa Wajak Kidul Kecamatan Boyolangu, sebab desa yang berlokasi di sebelah selatan kota Tulungagung atau tepatnya timur Candi Sanggrahan ini selain jalanya beraspal, bisa ditempuh sekitar setengah jam dengan kendaraan bermotor.
Di beberapa tempat cobek, dibuat dari tanah liat, namun di Tulungagung selatan yang daerahnya banyak terdapat batu-batu gunung, dimanfaatkan warga sekitar sebagai kerajinan rumah tangga di antarannya cobek yang mempunyai nilai jual tinggi dan banyak diminati masyarakat luar daerah.
Meski teknik pembuatan cobek batu yang dibuat warga ini sudah meninggalkan sistem manual dan beralih ke mesin, namun teknik pembuatan cobek sebagai warisan leluhur mereka tetap dipertahankan.
Sehingga, tak heran jika sebagian warga di daerah ini sudah mahir membuat cobek di usia yang masih belia.
Salah satu pengrajin cobek bernama Sumarni (45 th) mengatakan bahwa keahlian yang ia miliki dalam membuat cobek (lemper) dan lumpang dari batu ini memang keahlian yang didapat dari turun temurun dari orang tuanya, "Indistri pembuatan cobek (lemper) dan lumpang batu di daerah kami ini sudah ada sejak dulu, dan sejak tiga tahun silam, saya dalam membuat cobek ini sudah beralih menggunakan mesin modern dan tidak manual lagi," ujar bapak dua orang putra ini.
Meski belum dikenal di daerah tertentu, namun cobek buatan warga kota Ingandaya ini hingga sekarang sudah dikenal di luar Jawa mulai dari Sumatera, bahkan hingga Kalimantan.
"Untuk pemasaran kami tidak sulit dalam menjualnya, Mas! Pasalnya para pedagang dari luar kota mulai Surabaya dan kota kota lain di Jawa, bahkan luar Jawa yaitu Sumatera dan Kalimantan setiap saat datang ke tempat kami untuk mengambil pesanan mereka. Tidak banyak, Mas. Rata-rata mereka mengambil pesanan sekitar 500 hingga 1000 buah,” ujarnya pada reporter.
Meski di luar daerah juga banyak dijajakan produksi yang sama namun cobek buatan warga desa ini dijamin keawetannya dan murah harganya, yaitu mulai harga yang terendah Rp. 8000,00 untuk cobek kecil hingga Rp. 25.000,00 untuk yang besar.
”Khusus untuk alat penumbuknya (uleg-uleg) ini saya menjualnya dengan harga di kisaran Rp. 3.000,00 saja," ujarnya.
Meski menggunakan mesin dalam proses pembuatan, namun bukan berarti para pengrajin ini tidak pernah mengalami suka dan duka, "Dukanya bila mesin yang kami gunakan untuk membuat kerajinan ini rusak, Mas. Kami harus memperbaikinya dan ini membutuhkan waktu paling sedikit sekitar seminggu, akibatnya produksi kami mengalami penurunan, sehingga dalam memenuhi pesanan dari pemesan juga mengalami keterlambatan," ucap Sumarni. sumber :tulungagung site